Rabu, 30 September 2015

Ciremai Punya Cerita (Bagian 1)

"Back to basic - Manajemen Logistik"

West Java's Highest Summit
Gunung Ciremai
3.078 mdpl
6-7 Juni 2015
(bagian 1)

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Igir-igir Gn. Ciremai
Prolog
Surat penugasan dinas untuk menghadiri rapat di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jakarta tanggal 4-5 Juni seperti golden tiket bagi rencanaku untuk mengikuti ajakan pendakian bersama Gn. Ciremai tanggal 6-7 Juni dari teman-teman PHC (PLN Hiking Community).
Segera saja aku mengajukan cuti hari Senin untuk spare waktu dan Alhamdulillah di-acc oleh atasan. Trims yo bos.
Packing perlengkapan dan peralatan yang dibawa, saya pun berpamitan kepada orangtua untuk dinas sekaligus mendaki. Walaupun dilepas dengan senyum kecut, akhirnya ortu memberi restu juga. Sempat dibuat tersenyum simpul saat Ibu berpesan agar berhati-hati karena Gn. Ciremai terkenal angker.

Chapter 1 - Para ABIDIN nekat berkumpul
16.00 WIB - Ragunan, Jakarta Timur
Setelah rapat usai, saya segera mengontak Eko untuk menuju ke kosannya yang berlokasi di daerah Cipete. Karena tidak hapal Jakarta, saya sempat berputar-putar dan naik turun metromini. Akhirnya saya memilih menggunakan taksi untuk menuju PLN Pusat agar bisa dijemput oleh Eko disana.
Perjalanan dari PLN Pusat menuju kosan Eko, kami sempat ditilang oleh Pak Pol karena saya tidak menggunakan helm (haha...., sudah gitu polisinya tidak memberikan solusi untuk meminjamkan helmnya agar sampai di tujuan).

18.00 WIB - Kos Eko, Jakarta
Sesampainya di kosan Eko, dilanjutkan dengan mandi, sholat, repacking dan membeli logistik yang diperlukan untuk segera menuju terminal Pulo Gadung sebagai tempat berkumpul. Kami harus berada disana pukul 22.00 WIB. Perjalanan dari blok M menuju Pulo Gadung terasa sangat lama karena macet. Di perjalanan kami bolak-balik dihubungi Bang Deni (pembuat ajakan pendakian ini). Untungnya saya tidak ditempatkan di Jakarta, mungkin bisa stress jika setiap hari melihat macet seperti ini.

22.00 WIB - Terminal Pulo Gadung, Jakarta
Saya dan Eko langsung menuju ke tempat Bang Deni dan kawan-kawan berkumpul. Ternyata, Bang Deni sudah mendapatkan bus untuk menuju Cirebon. Di dalam bus, saya berkenalan dengan kawan-kawan dari PHC. Adapun peserta pendakian yang berangkat dari Pulo Gadung adalah sebagai berikut :
1. Bang Deni
2. Pak Arief
3. Bang Abbas
4. Bang Bayu
5. Bang Dian
6. Bang Elvin
7. Bang Rifai
8. Bhaskara
9. Ario
10. Teguh
11. Subhan
12. Hendi
13. Adiknya Hendi (Aldi)
14. Zein
15. Fajar
16. Eko
17. Saya sendiri

Sementara 8 orang lain yaitu : Bang Fetri, Bang Yuzon, Mbak Nurul, Bang Hilman, Bang Deni Irawan, Mbak Putri, Bang Yoga, dan satu lagi saya lupa, akan berangkat dari Kramat Jati.

Sejenak bercakap-cakap dengan kawan-kawan baru ini, ternyata kebanyakan dari mereka juga ikut mendaki karena ada dinas ke Jakarta. "Maklumlah, kita kan para ABIDIN" kata Pak Arif, yang diambil dari akronim "Atas Biaya Dinas", hehe... ada-ada saja.
Melihat bus yang tidak beranjak alias ngetem, beberapa dari kami keluar untuk mencari makan. 30 menit kemudian barulah bus ini berangkat menuju Kuningan, Cirebon, Jawa Barat. Bus yang kami naiki adalah PO Luragung yang terkenal dengan "kelihaiannya" meliuk-liuk di Jalan Pantura. Karena sangat mengantuk, saya tidak memperhatikan apa yang terjadi, yang jelas saya sempat mendengar para penumpang berteriak-teriak ketakutan akibat ulah sopir yang sering hampir menyerempet kendaraan lain dari arah berlawanan. Adzan berkumandang, saya menunaikan sholat dalam posisi duduk di kursi bus.

05.00 WIB - Kuningan, Cirebon
Mentari hangat menyambut kami di pertigaan Linggajati-Kuningan. Terlihat jelas di depan kami, Gunung Ciremai yang diselimuti awan putih berbentuk jamur di puncaknya. Badai hebat mungkin sedang terjadi disana, gumamku kepada Eko.
Beberapa saat kemudian, kami dijemput oleh kawan-kawan Bang Deni menuju pos pendakian Palutungan.

Chapter 2 - Tim Turbo vs Tim Enjoy
06.00 WIB - Palutungan
Istirahat, repacking, MCK, dan registrasi di pos pendakian. Sebelumnya Bang Deni menjelaskan mengenai pendakian ini. Kita berencana akan melintasi 2 jalur yang berbeda, yaitu naik via jalur Palutungan dan turun via jalur Linggajati. Mengingat trek yang lumayan berat, jadi segala sesuatu harus benar-benar dipersiapkan dengan matang, terutama masalah logistik dan fisik. Masing-masing personil diwajibkan membawa 4 liter air.
Dengan Rp50.000/orang sebagai mahar biaya registrasi untuk pendakian Gn. Ciremai dengan ketentuan semua pendaki diharuskan membawa sampahnya kembali. Disamping itu kami juga mendapat jamuan dari warga sekitar dan bekal makan siang. Keren sekali sistemnya. 
Kami mulai pendakian dari pos Palutungan setelah briefing dan bertemu tim PHC lainnya.
info jalur pendakian Gn. Ciremai via Palutungan
briefing sebelum melakukan pendakian oleh petugas TNGC

Senin, 15 Juni 2015

Menuntaskan 10 Puncak Tertinggi Bali (Chapter Gn. Pohen)

"perlu waktu 2 tahun untuk diijinkan menapakkan kaki di puncaknya"

Menembus Rimba Tak Bertuan
Gunung Pohen 2084mdpl
31 Mei 2015

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

sunset di Gn. Pohen
Disclaimer :
Gunung Pohen merupakan area cagar alam yang dilindungi. Tidak ada jalur resmi yang bisa digunakan untuk mencapai puncaknya. Penulis tidak menyarankan mengikuti jejak kami bila tidak memiliki kemampuan dasar navigasi darat.

Ini kali ketiga aku menapakkan kaki di hutan tropis nan lebat ini. Kali pertama adalah setahun yang lalu aku bersama kawan-kawan (Husen, Bibo, Fitri, Wahyu, Lanang) mencoba mencapai puncaknya. Percobaan pertama belum berhasil dan terhenti di ketinggian 1780mdpl.
Pendakian kedua, setahun setelah percobaan pertama, di kala hujan lebat bulan April, aku dan Eko mencoba kembali mencapai puncaknya. Namun kali ini kami masih belum berhasil dan terhenti di 1800mdpl.
Gunung ini sangat tangguh, tidak bisa ditembus dengan cara standar. Pada tanggal 31 Mei 2015, kami (saya, Eko, Coco, Mas Eko Sangalam, dan Nova) berencana kembali mencapai puncaknya. Setelah sebelumnya membuat simulasi jalur pendakian, kami bulatkan tekad kali ini harus berhasil mencapai puncaknya.

Saya tidak mau berkomentar masalah PLTP Bedugul yang menjadi polemik di kaki gunung ini, karena hal tersebut diluar kemampuan saya untuk menerjemahkan situasi dan kondisi mulai dari eksplorasinya hingga terkatung-katungnya proyek sampai sekarang. 

Minggu, 10 Mei 2015

Tutorial Penggunaan Oregon 550

Tutorial Penggunaan GPS

Garmin Oregon 550

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Seperti yang pernah saya ulas tentang GPS sebelumnya disini, kali ini kita akan belajar sedikit pengoperasian GPS Garmin Oregon 550. Sayang sekali, tipe ini sudah discontinued, sehingga tidak tersedia lagi barang barunya, karena sudah digantikan dengan Oregon 600 dan Oregon 650.

Berikut adalah spesifikasi GPS Garmin Oregon 550 (sumber website garmin) :

Physical & Performance

Physical dimensions 2.3" x 4.5" x 1.4" (5.8 x 11.4 x 3.5 cm)
Display size, WxH 1.53"W x 2.55"H (3.8 x 6.3 cm); 3" diag (7.6 cm)
Display resolution, WxH 240 x 400 pixels
Display type transflective color TFT touchscreen
Touchscreen
Weight 6.8 oz (192.7 g) with batteries
Battery 2 AA NiMH batteries (included)
Battery life 16 hours
Water rating IPX7
High-sensitivity receiver
Interface high-speed USB and NMEA 0183 compatible
Camera yes (3.2 megapixel with autofocus; 4x digital zoom)
Barometric altimeter
Electronic compass Yes (tilt-compensated 3-axis)
Unit-to-unit transfer (shares data wirelessly with similar units)

Maps & Memory

Basemap
Ability to add maps
Built-in memory 850 MB
Accepts data cards microSD™ card (not included)
Custom POIs (ability to add additional points of interest)
Waypoints/favorites/locations 2000
Routes 200
Track log 10,000 points, 200 saved tracks

Outdoor Features

Automatic routing (turn by turn routing on roads) Yes (with optional mapping for detailed roads)
Geocaching-friendly Yes (Paperless)
Custom maps compatible
Hunt/fish calendar
Sun and moon information
Tide tables Yes (with optional Bluechart)
Area calculation
Picture viewer

Garmin Connect®

Garmin Connect™ compatible (online community where you analyze, categorize and share data)

Kamis, 30 April 2015

Tutorial Aplikasi Oruxmaps


Tutorial Aplikasi Oruxmaps

Aplikasi android pengganti GPS yang serbaguna

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Aplikasi oruxmap dengan map google hybrid
Aktifitas outdoor berkembang sangat pesat belakangan ini. Tentu, bahaya yang dihadapi bermacam-macam, salah satunya adalah tersesat. Untuk meminimalisir hal tersebut, dalam kesempatan ini saya akan sedikit mengulas tentang Oruxmaps, sebuah aplikasi android yang memiliki fungsi seperti GPS. Yang perlu diperhatikan adalah fungsi aplikasi GPS ini, tetap tidak dapat menggantikan sepenuhnya GPS Handheld, karena sangat dipengaruhi spesifikasi dari ponsel android yang digunakan. (baca artikel tentang GPS disini), Tapi tetap perlu diingat, penguasaan navigasi darat tetap mutlak harus dipelajari dalam kegiatan outdoor.

Sebenarnya, masih banyak aplikasi serupa yang bisa dijadikan sebagai GPS pada ponsel android, ex : BackCountry Navigator, Sygic, MapFactor, dll.
Namun, saya memilih Oruxmaps atas dasar kemudahan penggunaannya dan aplikasinya ringan.

Rabu, 29 April 2015

Side Quest Puncak Tertinggi Bali

Gunung Seraya 1.175 mdpl
Seraya, Karangasem

26 April 2015

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم   

Sungguh anomali, daerah sisi timur gunung ini sangat kering, bahkan hanya terdapat bebatuan basalt dan minim vegetasi, namun disini... 

Pura Bvah di tengah trek Gunung Seraya

Entah sudah berapa bulan rencana untuk mengenal gunung ini lebih dekat tertunda. Pada tanggal 26 April 2015 kuputuskan untuk mencobanya. Awalnya berpikir untuk solo trekking, namun kuurungkan niat karena cuaca di Bali akhir-akhir ini tidak bagus. Dan untungnya Lanang bersedia ikut dalam perjalanan ini.

07.45 WITA
Perjalanan dimulai dari kota Denpasar menuju kota Karangasem. Butuh waktu sekitar 1,5 jam perjalanan dengan sepeda motor untuk mencapai kota Karangasem. Samar-samar terlihat Gunung Agung yang masih malu-malu terhalang kabut pagi kala itu.

Senin, 30 Maret 2015

Pulau Lombok 2nd Ignition

Keliling Singkat Pulau Lombok

21-22 Maret 2015 

 بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Dari kiri ke kanan :
Puguh, Cholis, Firman, David, Akin, Imran


20 Maret 2015
Perjalanan Dimulai dari Denpasar setelah sholat Jum'at, menggunakan sepeda motor kami berenam menuju Pelabuhan Padangbai. Info dari teman, mereka mengantri hingga 11 jam untuk bisa masuk kapal, agak lesu juga mendengarnya. Pukul 15.30 WITA, kami tiba di Padangbay, ternyata antrian tidak sepanjang yang saya kira. Kami berhasil masuk ke kapal pukul 18.00 WITA.
Segera kami mencari tempat duduk dan istirahat. Keadaan masih kondusif saat diputarnya film Rambo I di layar TV. Beberapa saat kemudian muncullah sepasang muda-mudi yang berlagak seperti sepasang kekasih yang telah dipisahkan puluhan tahun akibat perang Korea Utara dengan Korea Selatan bertingkah norak mulai beraksi. Pemandangan mulai tidak sinkron antara film dengan bangku depan, saya memilih keluar untuk melihat pemandangan.
Sialnya, pemandangan tidak sinkron ini berlanjut dari mulai Rambo I sampai Rambo III, what the *^&&%#^$%$#

Pukul 22.00  WITA kami tiba di Pelabuhan Lembar, dilanjutkan menuju kota Mataram. Di Mataram kami bertemu rombongan kawan yang berencana menuju Pulau Kenawa, dan diajak untuk menginap di rumah singgah Backpacker Indonesia Chapter Lombok.

Rabu, 25 Februari 2015

Cadas Puncak Timur Gn. Agung (Bagian 2)

"Merasa hebat? Jangan pernah kawan,
Bukankah sudah pernah dikatakan sebelumnya? 
Kita hanya orang-orang yang beruntung masih diberikan kesempatan
untuk menginjakkan kaki di puncak-puncak gunung-Nya
Tidak lebih...
Tidak lebih..."

Gn. Agung via Kedampal 2900mdpl
14 - 15 Februari 2015 (bagian 2)

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



kabut di jalur turun dari puncak, berasa seperti di Silent Hill
 Chapter 4 - Team, fallback!!
12.30 WITA - Kembali ke Kori Kedampal (2700 mdpl)
Cukup lama berada di puncak, kami pun memutuskan untuk segera turun. Angin laut sudah mulai meniupkan awan ke puncak gunung. Temperatur turun secara drastis. Jalur pendakian mulai ditutupi kabut. Ternyata turun tidak semudah yang kami kira, jalur yang curam dan licin, memperlambat gerakan secara signifikan. Karena merasa kurang tidur, akhirnya kami memilih tidur sebentar di Kori Kedampal setelah sholat.
"Turu sek bos..."

Cadas Puncak Timur Gn. Agung (Bagian 1)

"Merasa hebat? Jangan pernah kawan,
Bukankah sudah pernah dikatakan sebelumnya? 
Kita hanya orang-orang yang beruntung masih diberikan kesempatan
untuk menginjakkan kaki di puncak-puncak gunung-Nya
Tidak lebih...
Tidak lebih..."

Gn. Agung via Kedampal 2900mdpl
14 - 15 Februari 2015 (bagian 1)

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Tanjakan akhir puncak timur Gn. Agung 2900mdpl
Disclaimer :
Tulisan ini hanya sebuah catatan perjalanan sesuai tanggal yang tercantum. Bukan sebagai acuan mutlak pendakian. Jalur ini tidak dibuka dan direkomendasikan untuk umum, karena tidak ada/belum ditemukan sumber air, tidak ada pengaman jalur, tidak ada petunjuk arah, jalur yang rentan cuaca ekstrim, ditambah trek pendakian yang berupa jalur air di musim hujan dan rawan kebakaran di musim kemarau.
Silahkan melihat referensi lain pada link berikut :
http://magic-muse.blogspot.com/2015/01/catatan-perjalanan-mendaki-gunung-agung.html



Prolog
Berawal dari keinginan untuk mencari aplikasi android lain untuk survey, secara tidak sengaja saya menemukan peta yang berisi jalur timur Gn. Agung. Jika sebelumnya saya sudah pernah melewati jalur barat daya (Besakih) dan Selatan (Pura Pasar Agung), begitu melihat jalur ini saya merasa sangat antusias dan ingin mencobanya, walaupun cuaca sangat tidak bersahabat akhir-akhir ini.
Ubek-ubek sedikit di berbagai situs, saya menemukan data track log jalur ini dari seorang bule yang bernama Thomas Ulrich. Setelah menganalisa jalur dari track log tersebut, akhirnya kami (saya, Eko Hariyanto, dan Mas EkoSangalam) memutuskan berangkat mengikuti jalur ini pada tanggal 14-15 Februari 2015.

Sabtu, 31 Januari 2015

A Little Piece of Heaven (Ini Bukan tentang Travelling)

"Perlahan topeng kapitalisme tidak hanya menutupi wajah tapi juga hati para pembesar negeri ini..."

UJUNG ASPAL PULAU SERANGAN

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم 
Sebagian kecil hasil reklamasi Pulau Serangan

Pulau Serangan. Sore itu matahari masih terasa terik menyinari aku dan temanku. Berdua kita menyusuri jalan berbatu hasil kreasi dari reklamasi. Bukan jalan-jalan, bukan pula menghilangkan penat, hanya menyelesaikan amanah yang akan berlangsung pekan ini.
Ya, aku tahu dan sedikitnya mengerti. Pulau ini jelas bertambah luas jika dibandingkan saat aku mengelilinginya di jaman SMA. Disebelah barat sana, terlihat gundukan pasir yang menghalangi keindahan laut. Revitalisasi teluk benoa untuk mengembalikan fungsi dari hutan mangrove kata "mereka". Huh, konyol!! bagiku slogan itu tak lebih hanya bualan para pemilik modal untuk melanggengkan "kuku tajam" mereka di Pulau kecil cantik yang semakin rapuh ini. Sedikit heran juga, di Bali penolakan terhadap proyek ini begitu bertubi-tubi, tapi seakan hilang tanpa asap bagai lenyap di telan bumi dari liputan media nasional.

Kamis, 29 Januari 2015

Review Osprey Kestrel 48L

OSPREY KESTREL 48L

Kestrel 48L

Carrier opsi kedua saya bila melakukan pendakian atau trip keluar kota. Merupakan barang second yang saya beli dari seorang teman.
Awalnya agak ragu dengan modelnya yang berbeda dengan katalog Osprey th 2013, setelah mencari info ternyata ini produk sebelum th 2012, perbedaan mencolok dengan versi th 2012 keatas adalah :
1. Logo Osprey pada top head berbentuk bordiran setengah lingkaran; versi th 2012 menggunakan semacam sablon berbentuk oval
2. Logo Osprey pada kantong mesh luar berwarna hitam tidak glow in the dark; versi th 2012 berwarna putih dan glow in the dark
3. Font Kestrel 48L pada sisi kiri terbordir secara horizontal; versi th 2012 terbordir secara vertikal
4. Cover bag tersablon lambang Osprey; versi th 2012 tersablon mirip dengan gambar pada head carrier
5. Separator kantong utama dengan kantong bawah tidak ada, versi th 2012 ada
6. Torso Size pada strap belt kanan, tidak ada ukuran dalam cm; versi th 2012 torso size terletak pada sisi samping, ada ukuran dalam cm
7. No. seri PO tidak ada; versi th 2012 terdapat di bawah tulisan "made in vietnam"
8. Strepnum belt cuma ada 3 posisi, menggunakan lubang; versi th 2012 lebih adjustable, menggunakan sistem geser

Setelah pikir panjang, saya pinang juga ini carrier, hitung-hitung biar pernah aja manggul merk "emprit Londo"

Selasa, 06 Januari 2015

Mengecek Kembali Arah Kiblat

"sudah seharusnya kita selalu belajar di setiap momen yang ada..."

Sudah Benarkah Arah Kiblat Kita?

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم  

Tulisan ini semata-mata untuk uji coba, bukan untuk menjustifikasi benar atau salahnya arah kiblat suatu masjid

Karangasem, 6 Januari 2015. Setelah berkeliling memantau keadaan proyek di Seraya, saya mengunjungi sebuah masjid di daerah Kota Karangasem. Masjid Jami' An-Nur namanya.
Masjid Jami' An-Nur depan Hardys Kota Karangasem
Usai melaksanakan sholat, saya sedikit iseng untuk mencari tahu posisi arah kiblat masjid ini.
Pengukuran arah kiblat menggunakan sensor kompas Casio Protrek PRW 3000