Rabu, 25 Juni 2014

Menggapai Atap Pulau Sumatera Bagian 1

"Kita hanya sekumpulan orang beruntung yang masih diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di Mahakarya-Nya,
Tidak lebih...

Tidak lebih..."

 

 SEGENGGAM TANAH SURGA 

DI ATAP PULAU SUMATERA

KERINCI 3805mdpl 24 - 29 Mei 2014

(bagian 1)

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Gunung Kerinci, volcano tertinggi Indonesia

FYI, Untuk Info geografis gunung kerinci dapat dilihat disini Gunung Kerinci
Prolog 
"The world is a book and those who do not travel read only one page". Yap, kata-kata tersebut sangat mengena di hati. Selama ini aku hanya tahu pulau Jawa, Bali, & Lombok, itu pun hanya tahu, belum dijelajahi habis, hehe.
Akhir 2013, kuputuskan untuk bertandang ke Pulau Sumatera sekaligus menjajaki gunung api tertinggi Indonesia, Kerinci 3805mdpl. Walaupun saat itu saya hanya sendiri yang akan berangkat, tapi tidak ada rasa takut sedikit pun saat itu, mengingat hari rencana saya melakukan pendakian adalah pekan penuh libur, so, kemungkinan besar Kerinci bakal ramai seperti gunung-gunung lainnya.
Mendekati hari H, kawan Eko Hariyanto terpanggil (ciyee...) untuk ikut serta menapaki gagahnya sang volcano tertinggi Indonesia.

24 Mei 2014 (Hari ke-1) - Ini toh yang namanya Sumatra??

06.00 WITA - Bandara Ngurah Rai, Denpasar
Berangkat dgn pesawat singa jam 7 pagi. Disini kami sedikit was-was dengan carrier kami, karena sering terjadi kasus carrier rusak akibat kesembronoan petugas bagasi. Ada opsi lain untuk menimalisir kejadian itu, yaitu dengan wrapping carrier kami. Pada akhirnya, kami tidak menggunakan wrapping setelah mengamati bule-bule yang juga membawa backpack yang bahkan jauh lebih besar daripada carrier kami.
Pesawat take-off dan saya pun menikmati pemandangan dari ketinggian 30.000 kaki. Beruntung cuaca pagi ini sangat cerah, sehingga deretan gunung-gunung Jawa Timur pun terlihat jelas dari tempat duduk ini. Dan seperti biasa, begitu pesawat take-off Eko tertidur dengan pulasnya.

Gn. Raung

Pegunungan Iyang (Argopuro)

Bromo-Tengger-Semeru
Arjuno-Welirang

07.30 WIB - Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng
Disini saya berpisah dengan Eko, karena tiket pesawat kami berbeda. Eko hanya transit, saya harus check-in ulang karena bukan tiket terusan.
Sekitar pukul 13.00 barulah saya take off menuju Bandara Minangkabau Padang.

14.30 WIB - Bandara Minangkabau, Padang
Pemandangan kontras terlihat saat mendekati bandara Minangkabau. Terlihat di sebelah kiri adalah pantai dengan cuaca yang sangat cerah, sedangkan sebelah kanan adalah pegunungan dengan cuaca hitam pekat. Tampaknya bandara ini juga sangat lengang, tidak seperti bandara-bandara yang pernah aku jajaki sebelumnya. Kekhawatiran kami masalah carrier menjadi nyata, walaupun hanya raincover yang cacad, tetap saja ini suatu kecerobohan petugas bagasi.
Setelah, Ishoma kami lanjutkan dengan menghubungi travel yang sudah kami pesan sebelumnya. Menunggu cukup lama, sekitar 2 jam, travel yang kami pesan pun akhirnya tiba.

17.30 WIB - Padang
Di perjalanan menuju pool travel, kami sempat bercakap-cakap dengan pak supir. Ngalor-ngidul dari bandara yang sepi karena "baru" (bandara lama ada di tengah kota Padang), sampai gaya ugal-ugalan supir-supir angkot disini. Fakta menariknya, angkot Sumatera itu keren-keren bro, full modif & sound system pula. Bahkan ada yang saking cepernya, bannya sampai keliatan setengah. Bahasa yang digunakan rata-rata adalah bahasa Padang.
seperti ini angkotnya (bukan jepretan saya)
Sampai di pool travel menunggu keberangkatan, kami sempatkan untuk keliling-keliling di sekitar pool & sholat di masjid dekat situ.
Pukul 19.00 WIB, kami pun berangkat menuju Kersik Tuo, setelah berputar-putar mencari penumpang travel lainnya tentunya.
Banyak orang yang berkomentar jalan Padang -Kersik Tuo sering membuat jackpot (mabuk darat) tapi entah kenapa bagi kami yang terasa hanya mengantuk dan tertidur. Ditambah lagi adu mulut antara Eko dengan penumpang sebelahnya yang bergaya sedikit kewanita-wanitaan, hahaha...
Entah seperti apa jalan Padang - Kersik Tuo ini, yang terlihat sekilas hanya gelap dan di kanan kiri jalan hanya hutan. Dengan kecepatan tinggi diselingi lagu khas melayu remix, yang rasa-rasanya terdengar seperti lagu "Aduh Buyung" versi dangdut koplo, dan terkadang kepala saya terantuk kap mobil saking "cekatan"nya sopir travel ini meliuk-liukan mobil di jalan, kami dibawa menuju tujuan kami yaitu basecamp Kerinci.

25 Mei 2014 (Hari ke-2) - Kersik Tuo, Suku Jawa, dan Kawan Lama

03.30 - Kersik Tuo
Sedikit kurang beruntung, Bang Johan (guide lokal) yang kami hubungi sebelumnya untuk pendakian ini, ternyata tidak dapat dihubungi. Sempat bingung menentukan posisi turun dari travel, kita putuskan untuk turun di depan tugu macan.
Suasana sepi dan udara dingin mulai menusuk tubuh, homestay-homestay yang terlihat di sepanjang jalan sudah tutup. Kebetulan kami bertemu 4 pendaki dari Jakarta yang sama bingungnya dengan kita. Akhirnya kita berenam tidur di emperan homestay dekat simpang macan.
Beberapa menit kemudian, bang Johan mengontak kami dan mengajak kami untuk ke basecamp. Ternyata basecamp terletak dekat dengan kantor PLN Kersik Tuo (mungkin nanti bisa mampir sebentar). Letaknya sekitar 300m dari simpang macan.
Basecamp terlihat sudah penuh, akhirnya kami tidur di galar kayu serambi basecamp. Lumayan, dapat tidur 1 jam, dilanjut dengan sholat subuh dan melihat-lihat lingkungan sekitar.
Kerinci terlihat dari basecamp

Kersik Tuo, desa ini mayoritas ditinggali oleh suku Jawa yang bekerja di perkebunan kaki gunung Kerinci, sebagai pedagang alat-alat perkebunan, maupun berjualan sembako dan sejenis warteg. Bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Jawa dan Kincay, terkadang ada juga yang berbahasa Jambi atau Padang. Berasa seperti di daerah Jawa, apalagi ibu pemilik basecamp ini sangat baik dan ramah layaknya ibu sendiri, masakannya pun terasa sedap dan sesuai lidah.
Basecamp yang sudah sepi
Sekitar pukul 07.00 WIB, para pendaki mulai bersiap-siap untuk pendakian. Sekitar 30 orang diperkirakan naik hari ini dari basecamp, belum termasuk yang menginap di homestay dekat sini.


09.00 WIB - Basecamp Jelajah Kerinci

Masih mencoba mengontak kawan lama dari Jakarta yang berencana nanjak bareng kita hari ini, sambil mengecek perlengkapan & mengisi logistik untuk pendakian. Sebelumnya kami telah memesan 2 buah gas hicook kepada Bang Johan, karena menurut info, di sini tidak ada yang menjual barang tersebut. Sebelum berangkat, kami sempat berkenalan dengan 2 guide lokal tambahan yang biasa mengantar pendaki, Bang Murdam dan Bang Andi.
Untuk hari ini Bang Murdam & Bang Andi yang bertugas mengantar pendaki, sedangkan besok adalah bagian Bang Johan yang bertugas mengantar pendaki massal Khyberpass.
Satu per satu pendaki yang dibagi 3 kloter berangkat menuju pintu rimba (start poin pendakian). Mereka diberangkatkan dengan angkot yang biasa beroperasi mengantar-jemput pendaki Kerinci.
Akhirnya mendekati pukul 10.00 WIB, kawan lama itu datang juga. Arif Budiarto namanya. Kami bertemu pertama kali tahun 2007, saat pendakian Gn. Agung.
Setelah membayar registrasi Rp2.500/org kami pun segera berangkat.
Segera kami bersiap-siap dan berangkat menggunakan angkot sebagai kloter 3 yang naik hari ini. Kami 1 kloter dengan pendaki asal Jakarta. Saat angkot sampai di simpang macan, banyak kawan-kawan yang turun dan foto dengan tugu macan ini. Kami memutuskan untuk berfoto saat pulang saja.


rebutan foto sama tugu macan udah kayak rebutan sembako

10.30 WIB - Gerbang TNKS
Inilah drop poin pendakian, terdapat sebuah pos kosong berukuran 2x2 meter disamping gapura. Pelan namun pasti kami berjalan membelah keheningan alam. Diawal jalur, kita disuguhi pemandangan ladang penduduk berupa tomat, cabai, kentang, dll.
gapura pintu rimba TNKS
Beberapa menit kemudian, trek pendakian berubah menjadi lumpur dan hutan tropis. Banyak jebakan betmen (lumpur sedalam mata kaki), jadi kami harus berhati-hati melangkah.

10.50 WIB - Pintu Rimba (1.810mdpl)
Di pos ini terdapat toilet dan sumber air. Jeprat-jepret sebentar, kami pun melanjutkan perjalanan. Trek menuju pos 1 masih didominasi lumpur dan hutan tropis dengan kemiringan 15-20 derajat.
Pintu Rimba

Pintu Rimba
11.15 WIB - Pos 1 Bangku Panjang (1.889mdpl)
Pos ini terdapat shelter dan tanah datar yang cukup luas. Ngemil sedikit, jepret-jepret kemudian lanjut lagi. Trek masih didominasi jalur lumpur dan hutan tropis dengan kemiringan hingga 30 derajat.
Pos 1 bangku panjang
Pos 1 bangku panjang

11.45 WIB - Pos 2 Batu Lumut (2.020mdpl)
Pos ini hanya berupa tanah datar yang luas, karena tidak terlalu lelah kami segera melanjutkan perjalanan.
Pos 2 Batu Lumut

Trek menuju pos 3 mulai didominasi tanjakan-tanjakan ringan 30-45 derajat, banyak pula terdapat pohon tumbang.

12.30 WIB - Pos 3 Pondok Panorama
Pos 3 terdapat katanya terdapat sumber air, tapi karena kami tidak mencarinya jadi kami tidak tahu pasti letaknya. Di pos ini terdapat shelter yang ada bangku dari beton. Pos ini cukup nyaman digunakan sebagai camp, namun tidak disarankan kecuali bila terpaksa. Konon, penghuni hutan sini (si belang) masih sering berkeliaran sampai di pos ini.
Pos 3 Pondok Panorama

Pos 3 Pondok Panorama
Istirahat sebentar menuju shelter 1, Arif yang memakai baju merah

Berjalan kembali dari pos 3 menuju shelter 1, yang didominasi trek menanjak yang relatif ringan namun panjang.

14.20 WIB - Shelter 1 (2.504 mdpl)
Sempat terjadi tukar pikiran disini, karena kami hanya berencana untuk 2H1M di Kerinci. Namun, berdasarkan info dari Bang Murdam, shelter 2 & 3 kemungkinan penuh karena ramainya pendaki yang naik dari kemaren dan juga jarak antara shelter 1-2-3 lumayan menguras tenaga. Akhirnya, setelah pertimbangan matang, saya dan Eko memutuskan untuk camp disini, sedangkan Arif terus melanjutkan perjalanan.
Shelter 1 Kerinci
Setelah membangun tenda, ishoma, kami pun bergegas tidur. Eh, saat mau tidur diajak ngobrol ngalor-ngidul sama Bang Murdam, dari masa lalunya sampai tanaman-tanaman yang bisa buat halusinasi. Sekitar pukul 20.00 WIB kami pun tertidur dengan Bang Murdam yang numpang kos di tenda kita, hahaha...


Bersambung ke bagian 2






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar