Selasa, 26 April 2016

Sidequest Puncak Tertinggi Bali

"Sensasi tersendiri saat menapaki gunung yang sunyi"

Menelusuri Jejak Kuno Sang Pandhita
Pucak Antap Sai, Gunung Bon 1852 mdpl
3 Januari 2016

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Pura Pucak Entap Sai Bon
Ahad yang cerah disaat Eko datang berkunjung dan mengajak mendaki gunung. Aku menyanggupi dengan syarat gunungnya dekat dan cepat. Maklum, sedang persiapan acara besar, jadi malas untuk pergi jauh-jauh, hehe...

Kami pilih untuk mengunjungi Gunung Bon, yang terletak di Desa Bon, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Kami yang terdiri dari saya, Eko dan mas Fariz berangkat dari Denpasar pukul 10.00 WITA.
Setelah perjalanan sekitar 1.5 jam yang lumayan melatih skill mengemudi, akhirnya kami tiba di simpangan jalan menuju jalan setapak.

Kami memutuskan untuk menitipkan kendaraan di sebuah rumah penduduk yang paling dekat dengan jalan masuk ke hutan. Kami disambut dengan ramah, sayang sekali aku lupa nama pemilik rumah tersebut.

11.30 WITA - Start Tracking
jalan menuju hutan
Diawal jalur kami disuguhi pemandangan tanaman-tanaman kebun dan rerumputan gajah yang biasa dijadikan pakan ternak. Semakin ke dalam pemandangan menjadi mirip dengan hutan di Pucak Mangu. Jalur relatif landai dan mudah untuk diikuti. Karena kelembaban hutan tinggi, disamping itu karena masih berada pada musim penghujan, terasa sangat gerah saat melewatinya.





12.30 WITA  - Pura Tengah
Setelah hampir 1  jam berjalan, kami tiba di sebuah pelataran yang terdapat pura. Yang di dalamnya ada sebuah gambar yang belum saya pahami maknanya.



Cukup melihat-lihat sekitar, kami berjalanan meneruskan perjalanan. Dari informasi warga, dibutuhkan sekitar 2 jam untuk mencapai puncak Gunung Bon. Di beberapa titik jalur bahkan telah dibangun tangga beton lengkap relingnya.



14.00 WITA  - Puncak Antap Sai Bon
Beberapa jam kemudian, kami tiba di puncak. Puncaknya cukup luas dengan beberapa bangunan pura yang berdiri cukup bagus dan terawat. Terdapat pula bale-bale untuk peziarah pura beristirahat.




Sedikit informasi mengenai Pura Antap Sai Bon :
Sejarah Pura
Usaha untuk mengetahui sejarah Pura Luhur Entap Sai rasanya jauh dari jangkauan walaupun di pura tersebut ditemukan beberapa peninggalan arkeologis. Hal ini disebabkan karena sifat dari data arkeologis tersebut belumlah lengkap sebagaimana sifat data arkeologis pada umumnya.
Untuk memperoleh gambaran mengenai riwayat pura ini hanyalah berdasarkan informasi belaka. Dikatakan oleh I Gusti Ngurah Oka, pengemong Pura Pucak Bon bahwa berdasarkan cerita rakyat, Dang Hyang Nirartha pernah melaksanakan Yoga Semadhi pada suatu tempat di ujung yang paling timur dari Gunung Pengelengan. Berkat kepurnasidhian dari semadhi beliau, rakyat yang jauh berada di lereng pegunungan mencium bau yang harum mewangi, meliputi daerah seluruh pegunungan. Dengan adanya bau harum itulah gunung itu lalu dinamakan Gunung Bon dan dari tempat asal mula munculnya bau tersebut didirikan sebuah pura yang dinamakan Pura Pucak Bon.
Lain lagi cerita Gede Dani, Pemangku Pura Pucak Bon, tentang asal usul Pura Luhur Entap Sai. Dikatakan oleh beliau bahwa Bhatara di Gunung Panulisan selalu “simpang” di Pura Pucak Bon apabila mau pergi ke Gunung Pengelengan dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itulah Pura Pucak Bon itu dinamakan Pura Luhur Entap Sai yang berarti Pura Luhur yang diselalu disinggahi para Dewa. Entap artinya singgah dan Sai artinya selalu.
 sumber : https://panbelog.wordpress.com/2014/04/22/pura-luhur-entap-sai/
Cuaca berubah menjadi hujan deras saat kami membuat makan siang dan semakin deras hingga kami memutuskan untuk tidur sambil menunggu hujan reda.

16.30 WITA  - Turun Gunung
Setelah cukup mengabadikan gambar, kami memutuskan segera turun sebelum gelap. Awalnya, kukira gunung ini bersih dari sampah, namun ternyata setelah sempat melihat ke pendopo di bawah pura, aku mulai memikirkan ulang hal tersebut. Mungkin para peziarah pura ini belum sadar dan paham betapa berbahayanya sampah manusia bagi ekosistem gunung dan hutan.




Alhamdulillah cuaca menjadi cerah saat kami menuruni gunung ini, samar-samar terlihat cahaya matahari yang akan tenggelam di ufuk barat. Dan seperti biasa di kala musim penghujan, pacet-pacet mulai berloncatan mencari makanan (darah). Alhamdulillah saya digigit 2 ekor saat itu dan baru sadar telah digigit setelah sampai di Masjid Petang.




Sampai jumpa kembali di petualangan berikutnya...

Gunung Bon Tracklog :



Thanks to : 
- Segala Puji bagi Allah SWT 
- Sholawat serta salam kepada Rasul-Nya
- Kedua ortuku
- Aplikasi Oruxmaps
- dan semuanya yang mendukung kami dalam perjalanan ini

Foto :
Eko Hariyanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar