"Merasa hebat? Jangan pernah kawan,
Bukankah sudah pernah dikatakan sebelumnya?
Bukankah sudah pernah dikatakan sebelumnya?
Kita hanya orang-orang yang beruntung masih diberikan kesempatan
untuk menginjakkan kaki di puncak-puncak gunung-Nya
untuk menginjakkan kaki di puncak-puncak gunung-Nya
Tidak lebih...
Tidak lebih..."
Tidak lebih..."
Gn. Agung via Kedampal 2900mdpl
14 - 15 Februari 2015 (bagian 2)
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
kabut di jalur turun dari puncak, berasa seperti di Silent Hill |
12.30 WITA - Kembali ke Kori Kedampal (2700 mdpl)
Cukup lama berada di puncak, kami pun memutuskan untuk segera turun. Angin laut sudah mulai meniupkan awan ke puncak gunung. Temperatur turun secara drastis. Jalur pendakian mulai ditutupi kabut. Ternyata turun tidak semudah yang kami kira, jalur yang curam dan licin, memperlambat gerakan secara signifikan. Karena merasa kurang tidur, akhirnya kami memilih tidur sebentar di Kori Kedampal setelah sholat.
"Turu sek bos..." |
Setengah jam kemudian, pukul 13.30 WITA, saya terbangun karena tiba-tiba matahari kembali bersinar sangat terik. Segera kami beranjak untuk menuruni labirin edelweiss.
Sedikit berspekulasi, kami turun dengan mengikuti tracklog si bule. Di penghujung labirin edelweiss, jalur terlihat semakin berbahaya, karena banyak tumbuhan pakis yang terlihat sangat tinggi, yang berarti di bawah adalah jurang yang cukup dalam. "Kembali saja ke jalur yang tadi" begitu kata saya dalam hati. Dengan cepat, kami memutuskan kembali mengikuti jalur sebelumnya. Sedikit potong kompas ke kanan, kami kembali ke tebing vandalis. Alhamdulillah.
patung hidup di tebing vandalis |
Berjalan menuruni bukit penyiksaan secara cepat membuat ujung kuku menjadi sakit, karena treknya yang berupa kerikil dan tanah gembur. Secara perlahan kami melihat ke arah sisi kiri jalur, jalur kita hindari tadi.
Sebuah tebing setinggi ±70m berada di sekitar 200 m bawah jalur tadi. Kelihatanya, si bule juga memotong jalur ke kanan sebelum jurang tersebut.
Menuruni bukit penyiksaan ini kami banyak beristirahat karena ujung kaki yang terasa sakit.
17.00 WITA - Campsite (1800 mdpl)
Istirahat sejenak, makan seadanya, dan packing ulang. Tidak lupa juga untuk memunguti sampah yang kami hasilkan dan sampah sekitar sini. Matahari sudah semakin tenggelam di balik megahnya puncak Gn. Agung. Tidak ada sama sekali tanda-tanda keberadaan orang lain di jalur ini. Gunung benar-benar serasa milik kita bertiga.
Dari campsite, kita terus berjalan hingga malam menghampiri. Sudah hampir pukul 19.00 WITA, tetapi kami belum juga sampai di pintu hutan. Mengambil jalur kiri mengikuti track log si bule, membuat kami tidak perlu lagi memotong kompas ke bukit sebelah.
Entah kenapa perjalanan turun ini terasa sangat lama dan membosankan dibandingkan perjalanan naik kemarin.
20.00 WITA - Start point (1000 mdpl)
Alhamdulillah, akhirnya kami tiba di parkir motor tanpa kekurangan apapun. Istirahat sejenak, sholat, kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Karangasem untuk mengisi perut. HP sudah penuh dengan misscall dan pesan yang menanyakan kabar kami. Maklum, karena jalur yang kami lalui belum pernah ada yang pernah mencoba diantara pendaki-pendaki kenalan kami dan bila dibandingkan dengan jalur Besakih yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 jam paling lama untuk naik turun, jelas mengkhawatirkan.
21.00 WITA - Kota Karangasem
Melewati jalur yang naik turun dan berliku-liku di desa yang sangat sepi di malam hari untuk menuju kota Karangasem menjadi keasyikan tersendiri.
Setelah mengisi perut di pasar malam dan istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing. Disini saya berpisah dengan Eko dan Mas Eko, disamping karena motor saya tidak mampu mengejar motornya Eko, mata saya juga terasa berat untuk meliuk-liuk melewati jalur Karangasem - Denpasar yang rawan tanah longsor.
Sempat tidur sejenak di tengah jalan, Alhamdulillah saya kembali ke rumah dengan selamat pada pukul 23.00 WITA.
Thanks to :
- Segala Puji bagi Allah SWT
- Sholawat serta salam kepada Rasul-Nya
- Kedua ortuku
- Teman2 C2 Adventure
- GPS Garmin Oregon 550
Menuruni bukit penyiksaan ini kami banyak beristirahat karena ujung kaki yang terasa sakit.
dua bukit terpisah jurang yang dalam |
turun yang sama susahnya dengan naik |
17.00 WITA - Campsite (1800 mdpl)
Istirahat sejenak, makan seadanya, dan packing ulang. Tidak lupa juga untuk memunguti sampah yang kami hasilkan dan sampah sekitar sini. Matahari sudah semakin tenggelam di balik megahnya puncak Gn. Agung. Tidak ada sama sekali tanda-tanda keberadaan orang lain di jalur ini. Gunung benar-benar serasa milik kita bertiga.
Campsite yang membuat tenda merosot terus |
Entah kenapa perjalanan turun ini terasa sangat lama dan membosankan dibandingkan perjalanan naik kemarin.
20.00 WITA - Start point (1000 mdpl)
Alhamdulillah, akhirnya kami tiba di parkir motor tanpa kekurangan apapun. Istirahat sejenak, sholat, kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Karangasem untuk mengisi perut. HP sudah penuh dengan misscall dan pesan yang menanyakan kabar kami. Maklum, karena jalur yang kami lalui belum pernah ada yang pernah mencoba diantara pendaki-pendaki kenalan kami dan bila dibandingkan dengan jalur Besakih yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 jam paling lama untuk naik turun, jelas mengkhawatirkan.
21.00 WITA - Kota Karangasem
Melewati jalur yang naik turun dan berliku-liku di desa yang sangat sepi di malam hari untuk menuju kota Karangasem menjadi keasyikan tersendiri.
Setelah mengisi perut di pasar malam dan istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing. Disini saya berpisah dengan Eko dan Mas Eko, disamping karena motor saya tidak mampu mengejar motornya Eko, mata saya juga terasa berat untuk meliuk-liuk melewati jalur Karangasem - Denpasar yang rawan tanah longsor.
Sempat tidur sejenak di tengah jalan, Alhamdulillah saya kembali ke rumah dengan selamat pada pukul 23.00 WITA.
"hey kawan, bila suatu saat tempat ini sudah kehilangan jati dirinya,
masihkah kau mau mengunjunginya?
masihkah kau mencintainya?
tak perlu kau jawab sekarang kawan,
tetapi sebaliknya...
kita tanyakan padanya,
sudikah dia menerima kita?
masihkah di ramah terhadap kedatangan kita?
yang telah membuatnya tersohor dengan cerita,
mengundang orang-orang untuk mencabik-cabik harga dirinya,
membuat serakah para pengejar dunia
dan melukai penghuninya,
masihkah dia menyambut kita dengan ramah?
mari kawan, kita sama-sama mengingat diri
agar kelak kita punya jawaban pasti
tentang arti dari perjalanan ini
explorasi tanpa edukasi dan hati nurani sama saja bunuh diri
karena konservasi adalah harga mati"
Thanks to :
- Segala Puji bagi Allah SWT
- Sholawat serta salam kepada Rasul-Nya
- Kedua ortuku
- Teman2 C2 Adventure
- GPS Garmin Oregon 550
- Aplikasi Oruxmaps
- Warga lokal yang baik hati memberikan informasi jalur ini
dan semuanya yang mendukung kita dalam perjalanan ini
dan semuanya yang mendukung kita dalam perjalanan ini
Photos & Videos :
- Akin
- Mas EkoSangalam
See you again in the next adventure...
jalur timur Gn. Agung |
profil elevasi jalur timur Gn. Agung |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar