"Berjalanlah kamu sekalian di muka bumi ini,
perhatikan, dengarkan dan rasakan,
maka akan kau temui disetiap jengkalnya alasan untuk selalu bersyukur kepada-Nya"
NUSA PENIDA
THE ABANDONED PARADISE
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
PANAS !! Itulah yang saya rasakan ketika pertama kali menjadi surveyor kelistrikan di Pulau Nusa Penida di pertengahan tahun 2011.
Walaupun saya lahir dan besar di Bali, tapi sedikitpun saya tidak mengetahui seluk beluk Pulau Nusa Penida, salah satu bagian Provinsi Bali yang menjadi bagian Kabupaten Klungkung. Berangkat bersama senior yang sudah hapal betul daerah ini, saya beranikan diri untuk menjelajahi pulau ini.
Akses menuju pulau ada beberapa cara yaitu :
Sunset di Toyapakeh, Nusa Penida |
Walaupun saya lahir dan besar di Bali, tapi sedikitpun saya tidak mengetahui seluk beluk Pulau Nusa Penida, salah satu bagian Provinsi Bali yang menjadi bagian Kabupaten Klungkung. Berangkat bersama senior yang sudah hapal betul daerah ini, saya beranikan diri untuk menjelajahi pulau ini.
Akses menuju pulau ada beberapa cara yaitu :
1. padang bay - kutampi (kapal RORO)
2. sanur - buyuk atau banjar nyuh (speed boat)
2. sanur - buyuk atau banjar nyuh (speed boat)
3. kusamba - tambak (perahu)
4. nusa lembongan - nusa penida (perahu)
4. nusa lembongan - nusa penida (perahu)
selain akses via kusamba, saya sudah pernah mencobanya.
Ok, kita lanjutkan ceritanya
Di Nusa Penida saya diharuskan untuk menentukan lokasi pemasangan tiang beton listrik. Awalnya saya mengira pulau ini seperti pulau Bali. Tapi semua itu jauh dari kenyataan. Saya malah merasa seperti di pulau lain, pemandangannya seperti di NTT, walaupun saya belum pernah ke NTT ^_^
Seiring perjalanan yang kami lihat hanya batu karang dan tanaman perdu. kalaupun ada tanaman berbuah, sudah bukan musimnya untuk berbuah, dan itupun hanya buah singapor dan juwet (bahasa Bali). Satu lagi yang menjadi catatan, disini air sangat sulit. Bahkan kata senior saya, dahulu sebelum ada sumber air PDAM, sumber air disini adalah air payau. Bisa dibayangkan betapa... ah sudahlah
Satu hal yang menarik dari perjalanan ini adalah ketika saya dan 2 orang pelaksana lapangan menentukan titik penanaman tiang listrik melalui GPS dengan berjalan kaki, bertemu dan berbincang-bincang dengan anak-anak sini yang baru pulang sekolah.
A : Dek, tau dusun ini ga?
B: Oh, tau kak, deket sini, ikuti saja jalan ini sekitar 1 km
B: Oh, tau kak, deket sini, ikuti saja jalan ini sekitar 1 km
A : Oh, terima kasih dek, Rumahnya dimana?
B : Di sekitar dusun itu dah kak, deket kok
B : Di sekitar dusun itu dah kak, deket kok
Percaya akan informasi tersebut kami dengan semangat melanjutkan kerjaan.
30mnt berjalan, lokasi yang dituju belum ketemu. Sementara senior saya sudah ngacir duluan dengan mobil menuju lokasi.
1 jam berjalan belum ketemu juga. Oke, ternyata kami dibohongi oleh anak-anak tersebut.
30mnt berjalan, lokasi yang dituju belum ketemu. Sementara senior saya sudah ngacir duluan dengan mobil menuju lokasi.
1 jam berjalan belum ketemu juga. Oke, ternyata kami dibohongi oleh anak-anak tersebut.
Hampir 2 jam berjalan sambil menentukan titik, akhirnya kami menemukan lokasi yang dimaksud.
Gila, berjalan sekitar 4km di tengah terik matahari tanpa ada peneduh di kanan kiri jalan, yang ada hanya batu karang yang panasnya bukan main, ditambah angin laut yang kering yang membuat tenggorokan semakin panas.
Yang membuat saya takjub adalah anak-anak yang memberikan informasi kepada kami tadi, berjalan dengan riang gembira menuju rumah-rumah mereka disekitar situ. Dan mereka berjalan pulang-pergi menuju sekolahnya dengan cara berjalan sejauh 4km di tengah teriknya matahari seperti itu. Masya Allah, kalian luar biasa adek-adek.
Semoga saya juga diberi kekuatan tekad untuk menuntut ilmu seperti kegigihan kalian.
Diikuti anak-anak sekitar sini |
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.” (HR Muslim)
(Nasihat untukku yang kadang merasa cukup akan ilmu yang dimiliki saat ini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar